1. Tari Langen
Asmoro
Tari Langen Asmara adalah tari tradisi gaya
Surakarta. Tari Langen Asmara oleh Sunarno Purwoleleono pada tahun 1993. Tari ini
disusun untuk menambah materi tari pasihan aya Surakarta serta guna materi
ujian Hartoyo di Taman Budaya Surakarta. Penari pertama tari Langen Asmara
adalah Hartoyo dan Sri Atma Lestari. Bentuk tari Langen Asmara terdiri dari
beberapa unsur seperti gerak, rias, busana, pola lantai, iringan
(gendhingbeksan). Tari Langen Asmara merupakan salah satu komposisi tari
pasangan yang bertemakan percintaan dimana dalam tari tidak terdapat konflik,
yang menggambarkan sepasang kekasih yang sedang berpacaran dan bersenang-senang.
2.
Tari Driasmara
Tari Driasmara merupakan salah satu bentuk
tari pasangan yang ditarikan oleh seorang penari putra dan putri, tari
driasmara bertemakan langen asmara atau percintaa antara Panji Asmara Bangun
dengan Dewi Sekartaji. Tari ini disusun oleh Sunarni Purwolelono pada tahun
1976.
3. Tari
Bambangan Cakil
Tari ini sebenarnya diadopsi dari salah satu
adegan yang ada dalam pementasan Wayang Kulit yaitu
adegan Perang
Kembang. Tari ini menceritakan perang antara kesatria melawan raksasa. Kesatria
adalah tokoh yang bersifat halus dan lemah lembut, sedangkan Raksasa
menggambarkan tokoh yang kasar dan beringas. Di dalam pementasan wayang Kulit, adegan perang kembang ini biasanya keluar
tengah-tengan atau di Pathet Sanga. Makna yang
terkandung dalam tarian ini adalah bahwa segala bentuk kejahatan dan
keangkaramurkaan pasti kalah dengan kebaikan.
4.
Tari Serimpi
Tari
serimpi memiliki gerak gemulai yang mernggambarkan
kesopanan, kehalusan budi, serta kelemah lembutan yang ditunjukkan dari gerakan
yang pelan anggun dengan
diiringi suara musik gamelan. Adapun iringan musik untuk tari Serimpi adalah
mengutamakan paduan suara
gabungan, yakni saat menyanyikan lagu tembang-tembang
Jawa. Tarian Serimpi merupakan tarian yang berasal dari Yogyakarta. Tarian ini
ditarikan oleh 4 orang putri yang diiringi oleh musik gamelan Jawa. Gerakan tangan
dari sang penari yang lambat dan gemulai adalah ciri khas dari tarian Serimpi
Yogyakarta. Dari ke 4 putri tersebut, masing-masing melambangkan unsur dunia,
yaitu : grama (api), angin (udara), toya (air), dan bumi (tanah). Hal tersebut
dimaksud melambangkan asal usul terjadinya manusia dan juga melambangkan 4
penjuru mata angin. Pada dasarnya tari Serimpi ini menggambarkan sifat baik dan
sifat buruk. Manusia diajarkan untuk selalu berbuat baik sebagai bekal
menghadap sang pencipta. Dari ke 4 putri tersebut masing-masing mempunyai nama
yaitu : Batak, Gulu, Dhada dan Buncit.
Legenda Tari
Serimpi muncul pertama kali di masa kejayaan Kerajaan Mataram yang diperintah
oleh Sultan Agung (1613-1646). Tarian ini hanya dipentaskan dalam lingkungan
kraton sebagai acara ritual kenegaraan sampai peringatan naik takhta sultan.
Kerajaan Mataram terpecah menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan
Surakarta pada tahun 1775.
Di Kesultanan
Yogyakarta, tarian Serimpi digolongkan menjadi 3 yaitu Serimpi Babul Layar,
Serimpi Dhempel, Serimpi Genjung. Di Kesultanan Surakarta, tarian Serimpi
digolongkan menjadi 2 yaitu Serimpi Anglir Mendung dan Serimpi Bondan.
Macam-macam
tari Serimpi :
1. Tari
Serimpi Cina
Salah satu
jenis tari putri klasik di Istana Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ada
kekhususan pada tari Serimpi cina, yaitu busana para penari menyesuaikan dengan
pakaian cina.
2. Tari
Serimpi Padhelori
Diciptakan
oleh Sultan Hamengku Buwana VI dan VII. Properti yang digunakan dalam tarian
ini berupa pistol dan cundrik. Membawakan cerita petikan dari Menak, ialah
perang tanding Dewi Sirtu Pelaeli dan dewi Sudarawerti. Tari Serimpi Padhelori
mempergunakan lagu pengiring utama Gending Pandhelori.
3. Tari
Serimpi Pistol
Salah satu
jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku
Buwana VII. Kekhususan tarian ini terletak pada properti yang digunakan yaitu
pistol.
4. Tari
Serimpi Merak Kasimpir
Salah satu
jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku
Buwana VII. Properti yang digunakan dalam tarian ini berupa pistol dan
jemparing. Gending yang dipergunakan untuk mengiringi tari Serimpi Merak
Kasimpir adalah Gending Merak Kasimpir.
5. Tari
Serimpi Renggawati
Salah satu
jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku
Buwana V. Penari Serimpi Renggawati berjumlah 5 orang. Membawakan cerita
petikan dari Angling Darmo yang magis, dengan menggunakan tambahan properti
sebatang pohon dan seekor burung mliwis putih.
6. Tari
Serimpi Pramugari
Salah satu
jenis tari putri klasik gaya Yogyakarta, merupakan hasil ciptakan Sultan
Hamengku Buwana VII. Tarian ini menggunakan properti pistol. Gending yang
dipergunakan untuk mengiringi tari Serimpi Pramugrari adalah Gending
Pramugrari.
7. Tari
Serimpi Sangopati
Tarian ini
dimainkan oleh dua orang penari wanita. Tarian srimpi sangopati karya
Pakubuwono IX ini, sebenarnya merupakan tarian karya Pakubuwono IV yang
memerintah Kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1788-1820 dengan nama Srimpi
Sangopati kata sangapati itu sendiri berasal dari kata sang apati, sebuah
sebutan bagi calon pengganti raja. Tarian ini melambangkan bekal untuk kematian
(dari arti Sangopati) diperuntukan kepada Belanda.
8. Tari
Serimpi Anglirmendhung
Menurut R.T.
Warsadiningrat, Anglirmedhung ini digubah oleh K.G.P.A.A.Mangkunagara I. Semula
terdiri atas tujuh penari, yang kemudian dipersembahkan kepada Sinuhun Paku
Buwana. Tetapi atas kehendak Sinuhun Paku Buwana IV tarian ini dirubah sedikit,
menjadi Srimpi yang hanya terdiri atas empat penari saja.
9. Tari
Serimpi Ludira Madu
Tari Srimpi
Ludira Madu ini diciptakan oleh Paku Buwono V ketika masih menjadi putra
mahkota Keraton Surakarta dengan gelar sebutan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati
Anom.Tarian ini diciptakan untuk mengenang ibunda tercinta yang masih keturunan
Madura, yaitu putri Adipati Cakraningrat dari Pamekasan. Ketika sang ibu
meninggal dunia, Pakubuwono V masih berusia 1 ½ tahun , dan masih bernama Gusti
Raden Mas Sugandi. Jumlah penari dalam tarian ini adalah 4 orang putri. Dalam
tarian ini digambarkan sosok seorang ibu yang bijaksana dan cantik seperti
jelas dituliskan pada syair lagu Srimpi Ludira Madu. Nama Ludira Madu diambil
dari makna Ludira Madura yang berarti "Darah/ keturunan Madura".
Sintren (atau juga dikenal dengan Lais)
adalan kesenian tari tradisional masyarakat Jawa,
khususnya di Cirebon. Kesenian ini terkenal di pesisir utara Jawa Barat dan Jawa Tengah,
antara lain di Indramayu, Cirebon, Majalengka, Jatibarang, Brebes, Pemalang,
Tegal, Kuningan, dan Pekalongan. Kesenian Sintren dikenal sebagai tarian dengan
aroma mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan
Sulandono.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Bambangan_Cakil
https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Serimpi
https://id.wikipedia.org/wiki/Sintren
Tidak ada komentar:
Posting Komentar