Kamis, 18 Juni 2015

Alat Musik Tradisional Indonesia


6. Gendang Karo
Gendang karo atau gendang lima si dalinen terdiri dari lima perangkat alat musik tabuh (perkusi) yang dimainkan oleh lima orang pemusik. Kelima perangkat tersebut adalah satu penaruné, dua penggual, dan dua si malu gong. Gendang Lima sedalanen disebut karena ensambel musik tersebut terdiri dari lima instrumen musik, yaitu Sarune (aerofon), gendang indung (membranofon), gendang anak (mebranofon, gung, dan penganak. Namun biasa juga disebut dengan gendang lima sedalanen, ranggutna sepulu dua, yaitu angka dua belas untuk hitung-hitungan perangkat yang dipergunakan seluruhnya, termasuk stik atau alat memukul instrumen musik tersebut.
7. Gendrum
Gendrum adalah sebuah alat musik hibrida antara gendang dan drum yang dirancang oleh Siswo Harsono pada tahun 1992. Alat musik tersebut biasanya diaplikasi dalam kesenian Gambang Semarang dan dapat juga diaplikasikan dalam kesenian lain seperti jaipongan, campursari, ataupun dangdut. Gendrum terdiri dari sebuah kendang jaipong, sebuah kendang batangan, dua buah ketipung (panepak), dua buah ketibung (ketipung besar), sepasang bongo, cowbells, drum bass, dan seperangkat simbal yang terdiri atas sebuah ride, crash, splash, dan china.
Gendrum merupakan seperangkat perkusi yang dimainkan oleh seorang pemain gendrum (gendrumer), dan bukan oleh sekelompok pemain perkusi. Kombinasi perkusi yang terdapat dalam perangkat gendrum merupakan satu kesatuan harmoni yang sudah disetem sesuai keperluan. Teknik permainan yang diaplikasi oleh Siswo Harsono dinamakan "tepak campursari". Permainan tepak campursari ala Siswo Harsono memiliki keragaman tepak yang mengombinasikan permainan kendang jaipong, bongo, drum, dan simbal. Tepak campursari ini diaplikasi oleh Siswo Harsono dalam pengembangan seni Gambang Semarang yang dilakukan oleh Fakultas Sastra Universitas Diponegoro, Semarang.
8. Kacapi
Berkas:Kacapi-tuners.jpg

Kacapi merupakan alat musik Sunda yang dimainkan sebagai alat musik utama dalam Tembang Sunda atau Mamaos Cianjuran dan kacapi suling.
Kata kacapi dalam bahasa Sunda juga merujuk kepada tanaman sentul, yang dipercaya kayunya digunakan untuk membuat alat musik kacapi. Bentuk Kacapi parahu adalah suatu kotak resonansi yang bagian bawahnya diberi lubang resonansi untuk memungkinkan suara keluar. Sisi-sisi jenis kacapi ini dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai perahu. Di masa lalu, kacapi ini dibuat langsung dari bongkahan kayu dengan memahatnya, Kacapi siter merupakan kotak resonansi dengan bidang rata yang sejajar. Serupa dengan kacapi parahu, lubangnya ditempatkan pada bagian bawah. Sisi bagian atas dan bawahnya membentuk trapesium.
Untuk kedua jenis kacapi ini, tiap dawai diikatkan pada suatu sekrup kecil pada sisi kanan atas kotak. Mereka dapat ditala dalam berbagai sistem: pelog,sorog/madenda, atau salendro. Saat ini, kotak resonansi kacapi dibuat dengan cara mengelem sisi-sisi enam bidang kayu.
9. Kerinding
Berkas:Karinding-West Javan je'ws harp.JPG
Karinding merupakan salah satu alat musik tiup tradisional Sunda. Ada beberapa tempat yang biasa membuat karinding, seperti di lingkung Citamiang, Pasirmukti, (Tasikmalaya), Lewo Malangbong, (Garut), dan Cikalongkulon (Cianjur) yang dibuat dari pelepah kawung (enau). Di Limbangan dan Cililin karinding dibujat dari bambu, dan yang menggunakannya adalah para perempuan, dilihat dari bentuknya saperti tusuk biar mudah ditusukan di sanggul rambut. Dann bahan enau kebanyakan dipakai oleh lelaki, bentuknya lebih pendek biar bisa diselipkan dalam wadah rokok. Bentuk karinding ada tiga ruas.
Cara Memainkan Karinding disimpan di bibir, terus tepuk bagian pemukulnya biar tercipta resonansi suara. Karindng biasanya dimainkan secara solo atau grup (2 sampai 5 orang). Seroang diantaranya disebut pengatur nada atau pengatur ritem. Di daerah Ciawi, dulunya karinding dimainkan bersamaan takokak (alat musik bentuknya mirip daun). Secara konvensional menurut penuturan Abah Olot nada atau pirigan dalam memainkan karinding ada 4 jenis, yaitu: tonggeret, gogondangan, rereogan, dan iring-iringan.
10. Kolintang
Berkas:Kulintang 08.jpg
            Kolintang atau kulintang adalah alat musik yang terdiri dari barisan gong kecil yang diletakkan mendatar. Alat musik ini dimainkan dengan diiringi oleh gong tergantung yang lebih besar dan drum. Kolintang merupakan bagian dari budaya gong Asia Tenggara, yang telah dimainkan selama berabad-abad di Kepulauan MelayuTimur - Filipina, IndonesiaTimur, Malaysia Timur,Brunei, dan Timor. Alat musik ini berkembang dari tradisi pemberian isyarat sederhana menjadi bentuk seperti sekarang. Kegunaannya bergantung pada peradaban yang menggunakannya. Dengan pengaruh dari Hindu,Buddha, Islam, Kristen, dan Barat, Kulintang merupakan tradisi gong yang terus berkembang.
Alat musik ini dibuat dari kayu lokal yang ringan namun kuat seperti telur,bandaran, wenang, kakinik kayu cempaka, dan yang mempunyai konstruksi fiber paralel. Nama kolintang berasal dari suaranya: tong (nada rendah), ting(nada tinggi) dan tang (nada biasa). Dalam bahasa daerah, ajakan "Mari kita lakukan TONG TING TANG" adalah: " Mangemo kumolintang". Ajakan tersebut akhirnya berubah menjadi kata kolintang.
11. Ketipung
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Dubbelvellige tonvormige trom onderdeel van gamelan Slendro TMnr 500-8.jpg

            Ketipung adalah salah alat musik tradisional Indonesia yang berbentuk menyerupai Gendang tetapi memiliki ukuran lebih kecil. Ketipung dibuat dari kayu yang dibubut, kemudian kemudian diberi lubang di tengahnya berukuran 20cm hingga 40 cm. Bunyi yang dihasilkan biasanya menghasilkan musik Keroncong, Dangdut, dan Melayu.
12. Pereret Pengasih-asih
Pereret adalah alat musik kuno sejenis trompet yang terbuat dari bahan kayu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi trompet. Pengasih - asih adalah guna - guna ( pelet ) sedangkan jodoh adalah pasangan yang layak sebagai suami atau istri.
Alat musik ini banyak dibuat di daerah Jembrana, Bali. Biasanya alat musik ini digunakan untuk mengiringi kesenian Sewo Gati. Cara menggunakan Pereret ini adalah dengan meniup alat tersebut sehingga keluar suara yang sangat merdu dan menawan hati.
13. Rebab
Berkas:Turkey.Konya027.jpg
Rebab adalah jenis alat musik senar yang dinamakan demikian paling lambat dari abad ke-8 dan menyebar melalui jalur-jalur perdagangan Islam yang lebih banyak dari Afrika Utara, Timur Tengah, bagian dari Eropa, dan Timur Jauh. Beberapa varietas sering memiliki tangkai di bagian bawah agar rebab dapat bertumpu di tanah, dan dengan demikian disebut rebab tangkai di daerah tertentu, namun terdapat versi yang dipetik seperti kabuli rebab (kadang-kadang disebut sebagai robab atau rubab).
Ukuran rebab biasanya kecil, badannya bulat, bagian depan yang tercakup dalam suatu membran seperti perkamen atau kulit domba dan memiliki leher panjang terpasang. Ada leher tipis panjang dengan pegbox pada akhir dan ada satu, dua atau tiga senar. Tidak ada papan nada. Alat musik ini dibuat tegak, baik bertumpu di pangkuan atau di lantai. Busurnya biasanya lebih melengkung daripada biola.







https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_alat_musik_Indonesia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar