1.
Angklung
Angklung adalah alat musik multitonal
(bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat Sunda di Pulau Jawa bagian
barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan
cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga
menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam
setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Jenis angklung :
a. Angklung
Kanekes
Angklung
digunakan atau dibunyikan ketika mereka menanam padi di huma
(ladang). Menabuh angklung ketika menanam padi ada yang hanya dibunyikan
bebas (dikurulungkeun), terutama di Kajeroan (Tangtu; Baduy Jero), dan ada yang
dengan ritmis tertentu, yaitu di Kaluaran (Baduy Luar). Meski demikian, masih
bisa ditampilkan di luar ritus padi tetapi tetap mempunyai aturan, misalnya
hanya boleh ditabuh hingga masa ngubaran pare (mengobati padi), sekitar tiga
bulan dari sejak ditanamnya padi. Setelah itu, selama enam bulan berikutnya
semua kesenian tidak boleh dimainkan, dan boleh dimainkan lagi pada musim
menanam padi berikutnya. Menutup angklung dilaksanakan dengan acara yang
disebut musungkeun angklung, yaitu nitipkeun (menitipkan, menyimpan) angklung
setelah dipakai.
b. Angklung Kanekes
Angklung Reyog merupakan alat musik untuk mengiringi tarian reyog
ponorogo di jawa timur. Angklung Reyog memiliki khas dari segi suara yang
sangat keras, memiliki dua nada serta bentuk yang lengkungan rotan yang menarik
(tidak seperti angklung umumnya ang berbentuk kubus) dengan hiasan benang
berumbai-rumbai warna yang indah.
c. Angklung Banyuwangi
Angklung banyuwangi ini memiliki bentuk seperi calung dengan
nada budaya banyuwangi.
d. Angklung Bali
Angklung bali memiliki
bentuk dan nada yang khas bali,
e. Angklung Dogdog Lojor
Kesenian dogdog lojor terdapat di masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan atau kesatuan adat Banten
Kidul yang tersebar di sekitar Gunung Halimun (berbatasan dengan
Jakarta, Bogor, dan Lebak). Meski kesenian ini dinamakan dogdog
lojor, yaitu nama salah satu instrumen di dalamnya,
tetapi di sana juga digunakan angklung karena kaitannya dengan acara ritual
padi. Setahun sekali, setelah panen seluruh masyarakat mengadakan acara
Serah Taun atau Seren Taun di pusat kampung adat. Pusat kampung adat sebagai
tempat kediaman kokolot (sesepuh) tempatnya selalu berpindah-pindah sesuai
petunjuk gaib.
f. Angklung Gubrag
Angklung gubrag terdapat di kampung Cipining, kecamatan Cigudeg,
Bogor. Angklung ini telah berusia tua dan digunakan untuk menghormati dewi padi
dalam kegiatan melak pare (menanam padi), ngunjal pare (mengangkut padi), dan ngadiukeun
(menempatkan) ke leuit (lumbung). Dalam mitosnya angklung
gubrag mulai ada ketika suatu masa kampung Cipining mengalami musim paceklik.
g. Angklung Badeng
Badeng merupakan jenis kesenian yang menekankan segi
musikal dengan angklung sebagai alat musiknya yang utama. Badeng terdapat di
Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, Garut. Dulu berfungsi sebagai hiburan
untuk kepentingan dakwah Islam.Angklung yang digunakan sebanyak sembilan
buah, yaitu 2 angklung roel, 1 angklung kecer, 4 angklung indung dan angklung
bapa, 2 angklung anak; 2 buah dogdog, 2
buah terbang atau gembyung, serta 1 kecrek. Teksnya menggunakan bahasa Sunda yang bercampur dengan bahasa Arab. Dalam perkembangannya sekarang digunakan pula bahasa Indonesia. Isi teks memuat nilai-nilai Islami dan nasihat-nasihat baik,
serta menurut keperluan acara. Dalam pertunjukannya selain menyajikan
lagu-lagu, disajikan pula atraksi kesaktian, seperti mengiris tubuh dengan senjata
tajam. Lagu-lagu badeng: Lailahaileloh, Ya’ti, Kasreng, Yautike, Lilimbungan, Solaloh.
h. Buncis
Buncis merupakan seni pertunjukan yang bersifat hiburan, di
antaranya terdapat di Baros (Arjasari, Bandung). Pada mulanya buncis
digunakan pada acara-acara pertanian yang berhubungan dengan padi. Tetapi pada
masa sekarang buncis digunakan sebagai seni hiburan. Instrumen yang
digunakan dalam kesenian buncis adalah 2 angklung indung, 2 angklung ambrug,
angklung panempas, 2 angklung pancer, 1 angklung enclok. Kemudian 3 buah
dogdog, terdiri dari 1 talingtit, panembal, dan badublag. Dalam perkembangannya
kemudian ditambah dengan tarompet, kecrek, dan goong. Angklung buncis berlaras
salendro dengan lagu vokal bisa berlaras madenda atau degung. Lagu-lagu
buncis di antaranya: Badud, Buncis, Renggong, Senggot, Jalantir, Jangjalik, Ela-ela,
Mega Beureum. Sekarang lagu-lagu buncis telah menggunakan pula lagu-lagu dari
gamelan, dengan penyanyi yang tadinya laki-laki pemain angklung, kini oleh
wanita khusus untuk menyanyi.
i. Angklung Padaeng
Angklung padaeng adalah angklung yang dikenalkan oleh Daeng Soetigna sejak sekitar tahun 1938. Terobosan pada
angklung padaeng adalah digunakannya laras nada Diatonik yang sesuai dengan sistem musik barat. Dengan demikian,
angklung kini dapat memainkan lagu-lagu internasional, dan juga dapat bermain
dalam Ensembel dengan alat musik internasional lainnya.
j. Angklung Sarinande
Angklung sarinande adalah istilah untuk angklung padaeng yang
hanya memakai nada bulat saja (tanpa nada kromatis) dengan nada dasar C.
Unit kecil angklung sarinade berisi 8 angklung (nada Do Rendah sampai Do
Tinggi), sementara sarinade plus berisi 13 angklung (nada Sol Rendah hingga Mi
Tinggi).
k. Angklung Toel
Angklung toel diciptakan oleh Kang Yayan Udjo sekitar tahun 2008. Pada
alat ini, ada rangka setinggi pinggang dengan beberapa angklung dijejer dengan
posisi terbalik dan diberi karet. Untuk memainkannya, seorang pemain cukup
men-toel angklung tersebut, dan angklung akan bergetar beberapa saat karena
adanya karet.
l. Angklung Sri-Murni
Angklung ini merupakan gagasan Eko Mursito Budi yang khusus
diciptakan untuk keperluan robot angklung. Sesuai namanya, satu
angklung ini memakai dua atau lebih tabung suara yang nadanya sama, sehingga
akan menghasilkan nada murni (mono-tonal). Ini berbeda dengan angklung
padaeng yang multi-tonal. Dengan ide sederhana ini, robot dengan mudah
memainkan kombinasi beberapa angklung secara simultan untuk menirukan efek
angklung melodi maupun angklung
akompanimen.
2. Bedug
Bedug adalah alat musik tabuh seperti gendang. Bedug merupakan instrumen musik tradisional yang telah
digunakan sejak ribuan tahun lalu, yang memiliki fungsi sebagai alat komunikasi tradisional, baik dalam kegiatan ritual keagamaan maupun
politik.
3. Bonang
Barung
Bonang Barung adalah salah satu bagian dari
seperangkat Gamelan Jawa, Bonang terbagi menjadi dua yaitu Bonang barung dan Bonang penerus.
Bonang barung berukuran
sedang, beroktaf tengah sampai tinggi, adalah salah satu dari
instrumen-instrumen pemuka dalam Ansambel. Khususnya dalam teknik tabuhan pipilan, pola-pola nada
yang selalu mengantisipasi nada-nada yang akan datang dapat menuntun lagu
instrumen-instrumen lainnya. Pada jenis gendhing bonang, bonang barung
memainkan pembuka gendhing (menentukan gendhing yang akan dimainkan) dan
menuntun alur lagu gendhing. Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, bonang
barung tidak berfungsi sebagai lagu penuntun; ia membentuk pola-pola lagu jalin-menjalin
dengan bonang panerus, dan pada aksen aksen penting bonang boleh membuat
sekaran (lagu-lagu hiasan), biasanya di akhiran kalimat lagu.
4. Calung
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe
(purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara
digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan,
bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga
nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la).
Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu
hitam), namun ada pula yang dibuat dariawi temen (bambu yang
berwarna putih). Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung
rantay dan calung jinjing.
5. Gamelan
a. Demung
Demung adalah salah
satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan. Dalamsatu set
gamelan biasanya terdapat 2 demung, keduanya memiliki versi pelog dan slendro.
Demung menghasilkan nada dengan oktaf terendah dalam keluarga balungan, dengan
ukuran fisik yang lebih besar. Demung memiliki wilahan yang relatif lebih tipis
namun lebih lebar daripada wilahan saron, sehingga nada yang dihasilkannya
lebih rendah. Tabuh demung biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti
palu, lebih besar dan lebih berat daripada tabuh saron.
Cara menabuhnya ada yang
biasa sesuai nada, nada yang imbal, atau menabuh bergantian antara demung 1 dan
demung 2, menghasilkan jalinan nada yang bervariasi namun mengikuti pola
tertentu. Cepat lambatnya dan keras lemahnya penabuhan tergantung pada komando
dari kendang dan jenis gendhingnya. Pada gendhing Gangsaran yang menggambarkan
kondisi peperangan misalnya, demung ditabuh dengan keras dan cepat. Pada
gendhing Gati yang bernuansa militer, demung ditabuh lambat namun keras. Ketika
mengiringi lagu ditabuh pelan. Ketika sedang dalam kondisi imbal, maka ditabuh
cepat dan keras.
Dalam
memainkan demung, tangan kanan memukul wilahan / lembaran logam dengan tabuh,
lalu tangan kiri memencet wilahan yang dipukul sebelumnya untuk menghilangkan dengungan
yang tersisa dari pemukulan nada sebelumnya. Teknik ini disebut memathet (kata dasar: pathet =
pencet)
b. Gong
Gong merupakan
sebuah alat musik pukul yang terkenal di Asia
Tenggara dan Asia Timur. Gong yang telah ditempa belum dapat
ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan.
Ada jenis gong, antara lain : gong gedhe dan gong kebyar.
c. Kendhang
Kendang atau kendhang adalah
instrumen dalam gamelan Jawa Tengah dan Jawa Barat yang
salah satu fungsi utamanya mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan
tangan, tanpa alat bantu. Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah
disebut kendang ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama kendang
gedhe biasa disebut kendang kalih. Kendang kalih dimainkan
pada lagu atau gendhing yang berkarakter halus seperti ketawang,
gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama dadi. Bisa juga dimainkan cepat
pada pembukaan lagu jenis lancaran ,ladrang irama tanggung. Untuk wayangan ada
satu lagi kendhang yang khas yaitu kendhang kosek.
d. Saron
Saron atau ricik
adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan. Dalam
satu set gamelan biasanya mempunyai 4 saron, dan semuanya memiliki versi pelog
dan slendro. Saron menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi daripada demung,
dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron biasanya terbuat dari kayu,
dengan bentuk seperti palu.
Dalam memainkan saron, tangan kanan memukul wilahan / lembaran
logam dengan tabuh, lalu tangan kiri memencet wilahan yang dipukul sebelumnya
untuk menghilangkan dengungan yang tersisa dari pemukulan nada sebelumnya.
Teknik ini disebut memathet (kata dasar: pathet = pencet)Cara
menabuhnya ada yang biasa sesuai nada, nada yang imbal, atau menabuh
bergantian antara saron 1 dan saron 2. Cepat lambatnya dan keras lemahnya
penabuhan tergantung pada komando dari kendang dan jenis gendhingnya. Pada
gendhing Gangsaran yang menggambarkan kondisi peperangan misalnya, ricik
ditabuh dengan keras dan cepat. Pada gendhing Gati yang bernuansa militer,
ricik ditabuh lambat namun keras. Ketika mengiringi lagu ditabuh pelan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_alat_musik_Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar